Tepat pukul
05.30 tanggal 22 September 2013, saya bersama teman saya berangkat menuju
kampus FTP-UJ dengan rasa penasaran. Hari itu saya dan teman-teman angkatan
saya akan melakukan survival game
yang semua persiapan acara ini telah direncanakan oleh para dosen matakuliah
Kewirausahaan II dan dipersiapkan oleh kakak-kakak asisten. Setelah sampai di
kampus, kami diberi arahan seperti tidak boleh membawa barang apapun kecuali
air mineral dan payung. Handphone dan
dompet atau uang kami dititipkan pada kakak asisten. Setiap kelompok dipanggil
kedepan dan diperiksa satu-persatu. Setelah diperiksa, kami semua naik kedalam truk dan berangkat menuju
tempat Survival yang masih
dirahasiakan.
Sampai di daerah
Ambulu,tiap tiga kelompok diturunkan di tempat yang berbeda. Kelompok kami
dengan dua kelompok yang lain diturunkan tepat di depan Alun-alun Ambulu.
Sebelum melakukan Survive kami
berunding dan membuat kesepakatan untuk satu jam setelah berpencar untuk menjual
air mineral yang kami bawa dan berbagai macam cara untuk mendapatkan uang
karena kami tidak membawa uang sepeser pun, kami sepakat untuk kembali lagi ke
tempat awal untuk pulang bersama-sama. Lalu kami semua berpencar dan menjual
air mineral tersebut pada orang-orang di daerah tersebut. Awalnya banyak yang
menolak barang jualan kami, tapi ketika ada seorang bapak yang mengendarai
motor dan berhenti tepat disamping kami, kami pun langsung menawarkan air
mineral yang kami bawa pada Bapak tersebut. Tadinya kami dikira sales atau SPG
dari produk Aqua, tapi kami meyakinkan bapak tersebut kalau kami bukan sales
dan kami menjelaskan tujuan mengapa kami berjualan dan akhirnya laku dengan
harga tiga ribu rupiah. Kami mencari sasaran lain dan menemukan bapak-bapak
penjual es dipinggir jalan. Langsung kami menawarkan Aqua tersebut dan aqua pun
laku terjual dengan harga yang sama. Tidak cukup sampai disitu, kami mencoba
untuk mencari pekerjaan seperti membantu di warung-warung. Tetapi ketika kami menawarkan
diri untuk membantu di salah satu warung, ibu yang menjual warung tersebut
menolak karena lagi sepi. Begitupun pada warung lainnya. Kelompok kami
berpencar, saya dengan salah satu teman saya berjalan mengelilingi pasar di
Ambulu tersebut. Saat mengelilingi pasar tersebut kami bertemu dengan kelompok
lain yang sedang menyapu jalan dikawasan pasar membantu bapak tukang sampah,
lalu juga bertemu dengan kelompok lain yang sedang ngamen dan ada juga yang sedang memikul barang yang ada didalam
karung ditoko yang menjual bawang. Keluar dari pasar tersebut, kami bertemu
dengan dua kelompok lain yang sudah mau pulang dan mengajak kami berdua untuk
pulang. Namun kedua teman kami lainnya masih belum bersama kami. Akhirnya saya
dan teman saya langsung mencari kedua teman kami. Akhirnya kami bertemu kedua
teman kami dan segera mengajak pulang karena telah ditinggal oleh kelompok
lain. Merasa uang yang kami peroleh belum cukup, kami pun menjual payung yang
kami bawa pada Bapak penjual emas. Payung yang kami jual pun laku dengan harga
sepuluh ribu rupiah. Karena sudah cukup, kami langsung berjalan untuk pulang
dengan mencari tumpangan. Ditengah jalan kami bertemu kelompok lain yang sedang
membantu bapak penjual nkerupuk untuk menjualkan kerupuknya, mereka menawarkan
pada kami apakah akan menjualkan kerupuk itu juga, tetapi kami menolaknya dan
terus berjalan untuk mendapatkan tumpangan. Kami terus berjalan sambil sesekali
menoleh kebelakang untuk melihat apakah ada pick up atau truk yang dapat kami
tumpangi. Beberapa pick up lewat dan
menolak untuk kami tumpangi. Sampai ada salah satu pick up yang hampir kami cegat dan ternyata dibelakang ada dua
ekor sapi. Hampir satu kilometer kami berjalan dan tak ada satupun pick up atau
truk yang mau berhenti. Kami pun beristirahat sejenak sambil menunggu datangnya
pick up. Beberapa menit kami menunggu, ada kelompok lain yang lewat dengan pick
up tumpangannya. Kami pun melambaikan tangan dan berharap untuk ditumpangi
juga. Tapi tidak seperti yang kami duga, mereka malah melambaikan tangan juga dan
tidak memberi tumpangan. Sedikit sebel,
tapi akhirnya kami mendapatkan tumpangan dari pick up yang di dalamnya ada
bapak, ibu dan kedua anaknya. Kami pun sangat senang dan segera naik ke
belakang pick up. Ditengah perjalanan kami bertemu lagi dengan beberapa
kelompok yang tadi lewat. Mereka ngamen
di salah satu warung. Salah satu teman kami berniat untuk balas dendam dengan
hanya melambaikan tangan saja, tetapi bapak yang mengendarai pick up yang kami
tumpangi malah berhenti dan merekapun naik ke pick up dengan segera.
Teman-teman kami tertawa terbahak-bahak gara-gara niatan kami tidak jadi untuk
balas dendam. Di pick up tersebut kami bercerita tentang pengalaman kami selama
di pasar, banyak cerita disana. Pick up pun berhenti di lampu merah Ajung dan kami
segera turun sambil mengucapkan terima kasih pada Bapak tersebut. Di lampu
merah kami mencari pick up lagi yang
dapat membawa kami pulang. Dapat pick up yang arahnya menuju pakem dan
supir pick up tersebut mau menumpangi kami. Kami berteriak senng dan cepat-cepat
naik ke pick up itu. Sampai di pakem kami turun dan mengucapkan terimakasih.
Kami berjalan lagi sambil menoleh kebelakang untuk mencari tumpangan lagi.
Salah satu teman kami ada yang menemukan tumpangan dan kali ini adalah truk.
Teman kami menyuruh kami untuk cepat-cepat menghampiri truk tersebut dan naik
kedalamnya. Setelah itu truk yang kami tumpangi berhenti di Pasar Sabtuan.
Segera mungkin kami turun dan mengucapkan terima kasih lagi. Kami berjalan lagi
sambil mencari tumpangan, tetapi kali ini tidak ada satupun kendaraan yang mau
kami tumpangi. Akhirnya kami berjalan terus sampai kampus FTP.
Sesampainya di
kampus FTP, ternyata di ruang 1 sudah banyak kelompok yang datang duluan dan
berkumpul sambil menunggu keompok yang belum datang. Di ruangan itu pun
tiap-tiap kelompok maju satu persatu untuk menjelaskan bagaimana pengalamannya
dan juga menunjukkan yel-yel kami. Kelompok yang ditunjuk berdasarkan kelompok
yang datang pertama sampai terakhir. Banyak cerita-cerita yang sangat lucu dan
menarik sehingga para dosen dan asisten pun ikut tertawa mendengarkannya.
Banyak yang kami lakukan dan pengalaman yang didapat disana. Mulai dari
membantu cuci piring, menusukkan sate, membungkus telur, membungkus tepung,
mengangkut bawang, sampai kasus penipuan karena salah satu teman kami ada yang
berpura-pura kecopetan agar dia boleh bantu-bantu di warung dekat pasar Ambulu.
Semua itu benar-benar buat pengalaman bagi kami karena mencari uang itu
ternyata sangat susah. Tapi kami semua dapat bertahan karena sebuah ide-ide itu
akan muncul dalam keadaan terdesak. Para dosen bangga pada kami karena telah
menyukseskan acara Survival Game ini
karena kami pulang tidak hanya dengan selamat saja, tapi semua kelompok membawa
uang hasil jerih payahnya masing-masing yang berbeda-beda mulai dari limaribu
rupiah sampai ada yang mendapatkan enam puluh tiga ribu rupiah. Kami pun
dinyatakan lulus semua oleh salah satu dosen kami. Walaupun sangat melelahkan,
tapi ini benar-benar pengalaman yang tidak pernah saya dan teman-teman saya
lupakan.