Suami Istri Keracunan Mie Instan
TRIBUNJOGJA.COM, KUPANG -- Sardi dan istrinya
Frida Lenggu, mual dan muntah-muntah setelah menyantap mie instan rebus rasa
pedas di kediamannya di Kelurahan Batuplat, Minggu (22/7/2012) malam. Frida
Lenggu bahkan harus dirawat di rumah sakit akibat kondisinya melemah setelah
mual dan muntah-muntah.
Sebelumnya, dua orang tetangganya juga mengalami hal yang sama
saat setelah makan mie instan. Demikian penuturan Sardi dan Frida yang ditemui
di RS Carolus Boromeus, Belo, Selasa (24/7/2012). Sardi menuturkan, berawal
pada hari Minggu malam, saat Frida ingin makan mie instan. Keduanya pun memasak
mie instan lalu makan bersama.
"Kurang lebih 30 menit setelah itu, kami merasa pusing, mual-
mual dan saya bahkan sampai muntah. Setelah itu saya mencret berulang kali
bahkan saya sempat pingsan dua kali," jelas Sardi sambil menambahkan bahwa
mie instan tersebut masih berlaku karena masa kadaluarsa jatuh pada 12 November
2012.
Sardi mengatakan, meski pusing dan mual, namun dia harus
menguatkan dirinya karena kondisi istrinya lebih parah. "Saya terpaksa
harus kuat untuk urus istri saya karena kami dua sama- sama keracunan,"
jelasnya.
Sardi kemudian membawa istrinya untuk berobat dan dirawat di rumah
sakit. Pada saat yang hampir sama, ada kenalan mereka dari Maulafa yang membawa
anak yang bernama Queen juga untuk diobati karena keracunan mie instan. Menurut
mereka, satu hari sebelumnya, ada juga dua orang anak tetangga yang keracunan.
Secara terpisah, ibu Yuli yang dihubungi melalui telepon mengakui
kalau dua orang anaknya mual dan muntah usai makan mie instans
"Kejadiannya hari Kamis (19/2/2012). Pada saat itu libur, jadi saya hanya
masak mie instan. Tapi setelah makan anak saya yang pertama muntah-muntah dan
berak hitam sementara anak yang kedua rasa mual tapi tidak bisa muntah. Tetapi
mereka berdua tidak sampai masuk rumah sakit," ucapnya. (*)
Pertanyaan:
1. Seberapa besar dampak
dari kasus tersebut?
2. Apa faktor penyebab
kasus tersebut?
3. Upaya yang bisa
dilakukan untuk mencegah atau mengatasi kasus tersebut?
Jawaban:
1. Dampak yang terjadi ketika konsumen mengkonsumsi mie instan yaitu, dapat menyebabkan Pemotongan usus, Kanker Payudara, Infertilitas,
Alergi, Gangguan pencernaan, Gangguan pernapasan. Hal ini harus diwaspai pada
usia anak dengan gangguan saluran cerna seperti hipermeabilitas Intestinal atau
dikenal dengan Leaky Gut Syndrome. Gangguan hipersensitifitas saluiran cerna
ini biasanya terjadi pada penderita alergi makanan, seliak, intoleransi
makanan, penderita Autism, ADHD dan berbagai penderita gangguan metabolisme
lainnya. Pada gangguan hipersensitivitas saluran cerna tersebut terjadi
ketidakmatangan saluran cerna. Pada penderita seperti ini sebaiknya lebih
mewaspadai penggunaan bahan pengawet termasuk mi instan. Gejala gangguan
hipersensitifitas saluran cerna yang harus diwaspadai adalah gangguan BAB
berupa kesulitan atau sering buang air besar. Gejala saluran cerna lainnya
adalah mudah muntah, nyeri perut, mulut berbau, sering kembung, sering buang
angin, air liur berlebihan, lidah sering kotor dan putih dan berbagai gejala
lainnya.
2.
Faktor penyebab dari kasus tersebut yaitu,
di dalam mie instan terdapat bahan tambahan pangan metal hidroksi benzoate,
yang digunakan untuk pengawet kecap (bumbu) pada mie (goreng) instan. Meski metal hidroksi benzoate bisa larut dalam air
dan mudah diserap oleh saluran usus atau kulit tetap saja ada risiko jika
penggunaannya berlebih. Mie instan ini juga mengandung bahan-bahan pengawet,
minyak goreng yang digunakan untuk menggoreng mie sampai kering, MSG, dan zat
pewarna. Jadi zat-zat berbahaya tersebut
tidak bisa hilang walaupun sudah direbus. Namun ketika direbus, zat-zat
tersebut berkurang dan bercampur dalam air rebusan.
3. Upaya untuk mengatasi masalah tersebut yaitu para konsumen perlu selalu berusaha mengembangkan perilaku hidup sehat;
termasuk perilaku makan sehat dengan menu pangan yang sehat. Hal ini agar
konsumen terhindar dari bahan-bahan pengawet yang berbahaya. Jika ingin
mengkonsumsi makanan, harus teliti dalam memilihnya. Untuk perusahaan atau
industri pangan juga harus teliti dalam memilih bahan pengawet yang akan
digunakan dalam makanan yang akan diproduksi, agar tidak salah dalam memilih
sehingga tidak akan menimbulkan bahaya terhadap makanan yang diproduksi. Oleh
karena itu diperlukan seseorang yang dapat menganalisis bahan tambahan pangan
yang akan digunakan dalam makanan agar tahu akan bahaya atau tidaknya BTP yang
digunakan tersebut.